全印尼唯一的原华校校友的中文网站

印尼西华旅泗校友网的建设非赢利为目的,以公益为已任,以人为本,以史为鉴,作为发起本站建设的我,当发现互联网上西华网站还是一片空白时,就有一种相当强烈的失落感,由此产生了我建设西华网站的强烈欲望,义不容辞地承担起建设西华网的职责,现在西华网站建设仍可说是刚刚起步,仍属于建设初期,还有许多的网络交流互动功能还没完善,在这里我真诚的希望有更多的校友加盟西华网的建设,希望全体西华校友献计献策,各尽其能:当您有少许时间关注网络生活时,别忘了登录西华网,为西华网提供有意义的文字和图片、视频资料;有广大校友的关爱,网站建设的困难和不足必会得到解决,我们西华网站一定会在互联网上的各校友网站中出类拔萃。给我支持,我会更加努力,将西华网站的建设作为自已的一项爱好为之勤奋。愿西华网站的人气越来越高!越办越好!

亲爱的校友

印尼西华旅泗校友网的建设非赢利为目的,以公益为已任,以人为本,以史为鉴,作为发起本站建设的我,当发现互联网上西华网站还是一片空白时,就有一种相当强烈的失落感,由此产生了我建设西华网站的强烈欲望,义不容辞地承担起建设西华网的职责,现在西华网站建设仍可说是刚刚起步,仍属于建设初期,还有许多的网络交流互动功能还没完善,在这里我真诚的希望有更多的校友加盟西华网的建设,希望全体西华校友献计献策,各尽其能:当您有少许时间关注网络生活时,别忘了登录西华网,为西华网提供有意义的文字和图片、视频资料;有广大校友的关爱,网站建设的困难和不足必会得到解决,我们西华网站一定会在互联网上的各校友网站中出类拔萃。给我支持,我会更加努力,将西华网站的建设作为自已的一项爱好为之勤奋。愿西华网站的人气越来越高!越办越好!
狐狸和乌鸦,一人一块肉, 狐狸对乌鸦说,我们把你的肉拿出来吃吃啊,乌鸦想 :我个子小 ,两个人一起吃也够。 就点头同意了。酒足饭饱之后,狐狸有些得意忘形, 说道, 兄弟呀,不是我说你 有多的肉呢,放到冬天吃, 冬天肉不好找呀。乌鸦一看自己的肉没有了。 狐狸痛苦得想了很久 一边把自己的肉放好, 一边说,这样吧,不吃你的肉了。 这就是所谓的自己的肉自己吃, 别人的肉分着吃。

2008年1月25日星期五

万隆琳邦及覆舟山火山口旅游风景区

作者:罗通国
假如你到过印尼历史名城万隆以后,你就会发现另一个天地,那就是印尼最美的“山城”,这座山城1955年因召开举世瞩目的万隆会议而闻名于世,还有他独特的地理环境造就这里凉爽的气候,雨水多,四周青山环抱、郁郁葱葱、拥有居高临下的地理优势,整个城区依山傍水而建。若是你站在Dago山腰处,俯瞰山城,可将四周的美景致尽收眼廉,几丝淡绿将群楼林立的万隆山城裹在其中,几分静谧和安逸,像一幅逼真的水粉画,山城的山和山城的美就显露出来。如诗如画,尤其百花盛开 的季节,景色美不胜收,都说一方水土养一方人,山清水秀的万隆城,自然亦是人杰地灵、美女如云。万隆的美女不论长相、气质还是身材,也许真的是因为气候原因,比全国其他地方女孩都要白嫩。
万隆以北12公里,就是国家级风景名胜区琳邦( Lembang),沿路草木繁茂,芳草如茵,云雾缭绕,空气清新,能感受到大自然的美丽壮观,既无尘器之苦,又无世俗之忧虑,亭台楼阁,绵延掩映于青山绿水,晓雾暮霭,如处仙境,有古典风格的山庄,有客栈,枝繁叶茂的覆盖在街道两旁,可远眺群峰叠翠,烽烟缭绕,空气中还弥漫着几许清香和馥郁,带给人们心灵的宁静和环境的优美,洗一身风尘,悦人生情致,实为休闲避暑度假区,这座以茶文化特有如镶嵌的翠玉般幽美,四周茶园围绕,是最美的茶乡,只要你深吸一口,就像喝了一碗清香的茶,芬芳四溢,沁人心脾,不仅能提神益,而且可以健身益寿。1607年,荷兰从中国运茶至印尼,从而揭开了中国与印尼茶叶贸易的序幕,以及对饮茶习俗在印尼的传播。但人工栽培茶树较晚。1827年才开始种植。至今人们对“茶”的读音,都效法福建厦门话“TE”,如果你走进任何一家餐馆,只要你点几样菜,喝茶是免费的,餐馆以炸子鸡和有特色的糖醋烧鱼、烤鱼,以色、香、味、形“四绝”闻名。之所以产生如此大的轰动效应,究其原因是来自于它将秘制独特的配料、和烤制方法相结合,使烤制出的系列鱼品具有外皮香脆、肉质细腻软嫩、色泽金黄、味腴而鲜美、形状美观,具有突出特点。也许在烹制过程中,采用了香味料和多种香药料,将清理过的鲜活鱼进行浸、腌、泡,在煎烤过程中采用有效控制,防止了因低、高温对鱼营养带来的损失,使鱼的营养最大化。令人唇齿留香,那鱼叫三板鱼,原产于印度尼西亚,俗称ikan gurami 、淡水巨鲷,也叫三宝鱼。相传600年前,郑和下西洋到了爪哇岛,突然有鱼跳到宝船甲板上,郑和将鱼拿在手里看了看就放入海中放生。因那鱼被三宝太监的手拿过了,所以鱼身上留下了手印,为了纪念郑和,当地人就把那鱼称之为三宝鱼。因发音问题,有人误叫为三板鱼。如今,糖醋三板鱼已成为当地一道名菜,很受游客的青睐。
由Lembang再往北走10公里,有陡峭蜿蜒的柏油公路直抵覆舟山火山口 (Kawah Tangkuban Prahu)。两旁被绿意笼罩着的树林,翠嫩的枝叶能见到满目的绿意,小鸟啁啾着在头顶翩翩起舞,微风徐来,一种淡淡的带有生命气息的味道,是农家山庄的草梅飘香,游客可任摘任食,边吃边欣赏。即使你心情郁闷,也会被这鲜活的气息涤荡得一干二净,可是,一进入覆舟山便闻到强烈的硫磺味,到了山顶,看到火山的外形很像一条倒扣着的船,因此人们称它为覆舟山活火山口 。是印尼800多座火山当中的一座活火山,爪哇境内唯一可驱车前往欣赏的火山口,海拔2,069米,虽然山下树木丛生,青翠一片,但火山口切几乎寸草不生, 这座火山被科学家认为是活火山,也就是它随时有喷发的可能。为国内罕见的保存完好的火山口。自1829年以来已先后爆发了10次,它不仅是观光的好去处,也为地球物理和地震研究提供了宝贵的资料。山顶上共有皇后(Ratu)、多马斯(Domas)、乌巴(Upas)、等4个活火山口。而皇后火山口在几个山峰的环抱下,中间凹下去,周围的高山都有明显的灼烧痕迹,呈灰色‚褐色或红色,此火山口是经过多万年的长期风化剥蚀,被剥露出地面,形象地记录了当时火山喷发的自然景观,展示出大自然的鬼斧神功,气势极为壮观,火山口周围有栏杆拦着,望下去,至少有几百米深,底部有水似在翻腾,有热气冒着。而多马斯火山口,游客可把脚泡入温泉内,含有硫磺的泉水可治风湿和皮肤病。还可以在摄氏90度以上的滚水井里煮鸡蛋,据说,煮出来的鸡蛋有特效功能。 旅游设施较完备的皇后火山口,附近有不少商亭和叫卖小贩,出售各种纪念品及当地特有的工艺品。还有一种颇有民族特色的地方乐器昂格隆,用竹為材料的手搖樂器,形式像打擊樂,奏法排列卻像鍵盤樂,根據竹子長短會有音高不同,將其竹管排列於竹框架上。要好几个人同时摇晃,才能发出美妙的音符。
关于覆舟山的来历,当地流传着一个十分神奇的传说。据说从前有一位国王与一只野猪发生不寻常关系,生下一个漂亮的公主,长大后公主擅长织布,一天,她不小心将梭子甩出掉迸山谷里。于是她大声说,谁能找到梭子,她就嫁给谁。一只叫杜芒的狗听后立即找到了那只梭子。公主遵守诺言,与那只狗结婚,并生下一个儿子叫桑古丽昂。桑古丽昂十几岁时常出去打猎,并将猎物带给母亲吃。有一天快天黑时他仍一无所获,突然见到一头野猪,他不知那是他的外婆,便用箭射去,野猪受伤后落荒而逃。桑古丽昂命身边的狗杜芒去追那只野猪。杜芒不肯去追。桑古丽昂不知杜芒是他父亲,便一箭将它射死,并把杜芒的心带回给母亲,谎说是颗鹿的心。母亲很快发现那是自己丈夫的心,十分生气,一怒之下举起手中梭子朝儿子头上砸去,桑古丽昂于是离开母亲上山修行,数年后长成一个风度翻翻的青年,有一天他来到一座山上,遇见一位漂亮的女人,两人一见钟情。那漂亮女人原来是他母亲,由于她是神人,所以长生不老,结婚前夕,那妇人帮末婚夫梳头时发现他头上有道伤痕,终于认出末婚夫原来是自己的亲生儿子桑古丽昂。于是她决定不与儿子结婚,向桑古丽昂提出了苛刻的结婚条件,要他在一夜之间挖出一个大湖并造出一条大船。桑古丽昂已修行成仙,神通广大,立即召来众妖相助,很快挖出大湖,船也即将造成。母亲急了,便求助天神,随后,东方开始发红,接着出现第一道光线,农庄里的一只公鸡叫了,嘶哑的啼声穿过鸡舍的板壁,周围的公鸡随声应和,桑古丽昂的母亲也乘机逃跑,一不小心让手中的毛衣触着湖面。一声剧烈的爆响,一道水蒸气夹杂着湖水和蓝色的泥浆腾空而起,巨大的冲击力将湖水倒喷了出来,桑古丽昂见此情景,怒不可遏,一脚将船踢翻,顿时大地剧烈震动,山上喷发出炽热的岩浆,将他淹没,山的外形也成了一只翻倒的大船。从此人们便称这座山为覆舟山。而那干涸的湖床竟成了现在的万隆山城。
传说确实离奇,但大自然的鬼斧神工却将覆舟山造化得无比壮观。这里上午天气晴朗,游客可观赏到覆舟山的全景,下午雾气笼罩,有时候一阵风,跟着一片云,雨点噼里啪啦往下砸,就难识其真面目了,下山时,忽然雨就下来了,是那么豪爽,那么干脆,路上的行人躲闪不急的都狼狈的浑身湿透,雨点痕迹印在背心上清晰可见,一片一片的,花花的,就这么一直下,忽然雨停了,一点雨也没有了,如果不是地上的雨水还在流淌,你根本没有察觉到刚才下了一场大雨,透过水气蒙蒙的玻璃,望着窗外漫天的雨幕,我心里在想:美丽的山城,不来此地,你将遗憾终身。

2008年1月19日星期六

Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan

Panarukan merupakan pelabuhan yang strategis karena terletak di sebelah Pantai Utara Jawa Timur dan sebagai salah satu bandar kuna telah mempermainkan peranannya sejak berabad-abad yang lampau. Pada masa Kerajaan Majapahit Panarukan sangat terkenal sebagai kota pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa. Selain diketahui bahwa Hayam Wuruk pernah mengunjungi Panarukan pada tahun 1359 Masehi. Panarukan mempunyai kedudukan lebih penting karena terletak pada tepi jalan perdagangan yang lebih ramai. Ini mungkin menjadi alasan mengapa raja dan petinggi-petinggi Kerajaan Majapahit sering singgah di Panarukan. Panarukan saat ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Situbondo terletak di Pantai utara Jawa Timur bagian timur dengan posisi diantara 7º 35` - 7º 44` Lintang Selatan dan 113º 30` - 114º 42` Bujur Timur. Letak Kabupaten Situbondo, di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas wilayah Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 Km². Hampir keseluruhan terletak di pesisir pantai dari Barat ke Timur, bentuknya memanjang kurang lebih 140 km. Panarukan dahulu merupakan bagian dari Keresidenan Besuki. Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah “Kabupaten Panarukan” dengan ibukota Situbondo. Pada masa pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels (± tahun 1808-1811 M) membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan “ Jalan Anyer – Panarukan “ atau lebih dikenal lagi dengan “ Jalan Daendels “, atau juga “ Jalan Pos “. Panarukan berkembang dengan pesat karena surplus wilayah belakang yang merupakan penghasil ekspor, seperti tembakau, kopi, dan tebu. Dengan berkembangnya Panarukan yang begitu pesat, sehingga pada akhirnya pusat pemerintahan berpindah ke Kabupaten Panarukan dengan Raden Tumenggung Aryo Soeryo Amijoyo (1858-1872) sebagai Bupati Pertama. Pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir (± tahun 1972 M) Kabupaten Panarukan kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Situbondo, dengan ibukota tetap di Situbondo, berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28/1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan pemerintah daerah. Kawasan pelabuhan Panarukan berada di Pedukuhan Pesisir Kilensari Kecamatan Panarukan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi pelabuhan Panarukan kurang lebih 8 km ke arah barat. Lokasi pelabuhan terletak di pinggir laut dan dekat dengan jalan raya sehinggga dapat dijangkau dengan mudah. Sejak abad XVI Panarukan sudah berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan terkemuka di Jawa Timur. Fungsi pelabuhan Panarukan semakin tampak yakni pada sekitar abad XIX tatkala daerah Jember dan Bondowoso dijadikan sebagai sentra area penanaman cash crop production, khususnya tanaman tembakau, kopi, tebu dan produk-produk perkebunan yang lain. Di pelabuhan Panarukan inilah tempat untuk menimbun, menyimpan, dan mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri. Pelabuhan Panarukan didirikan oleh salah seorang Ondemer terkemuka di kawasan Besuki yakni George Birnie pada tahun 1890-an dengan nama Maactschappij Panaroekan. Pelabuhan Panarukan ini pada saat sekarang kondisinya memprihatinkan, karena fungsi pelabuhan dialihkan ke Probolinggo dan Banyuwangi, sehingga banyak tinggalan arkeologis di pelabuhan Panarukan yang dibongkar seperti gudang induk, kantor Djakarta Llyod dan gudang-gudang yang lainnya. Bangunan yang tersisa berupa dermaga kuno, gudang-gudang, dan mercusuar. Pada masa dahulu terdapat “ tanggang lanjang “. Yakni tempat rel trem atau kereta kecil yang menjorok ke laut. Fungsi rel trem ini untuk mengangkut barang dari gudang penyimpanan ke perahu-perahu sebelum diangkut ke luar negeri oleh kapal besar. Bangunan ini panjangnya mencapai 550 M dan lebar 11 M. Bangunan ini terbuat dari bahan beton untuk bagian bawah, sedangkan bagian atas terbuat dari kayu. Pada bagian tengah terdapat rel besi tempat jalan trem pangangkut barang.
Selain itu di pinggir pantai terdapat bangunan menara atau mercu suar yang berfungsi sebagai sinyal atau tanda pelayaran. Letaknya di tepi pantai kawasan pelabuhan. Mercu suar tua ini hingga sekarang masih ada, dibuat dari kontruksi besi. Adapun mercu suar itu adalah sebagai tanda kedudukan pelabuhan Panarukan. Tinggi menara ini sekitar 50 M, dengan lebar 8 M. Untuk menyinari menara tersebut pada jaman dahulu dipergunakan karbit namun sekarang menggunakan lampu listirk. Di sebelah kanan menara terdapat bekas bangunan kolonial yang berupa perkantoran dan menjadi gedung induk Maasctschappij Panaroekan yang terbuat dari batu bata. Menurut seorang informan dahulu bangunan ini sangat megah berlantai tiga, namun pada saat sekarang bangunan itu sudah tidak ada lagi. Di sebelah kanan dan kiri bangunan induk ini terdapat puluhan gudang tempat penimbunan barang hasil perkebunan sebelum dikirim ke luar negeri. Gudang-gudang ini terbuat dari bahan tembok. Pada bagian bawahnya tidak diberi lantai, namun hanya berlantai bambu. Ukuran gudang-gudang tersebut sangat luas mencapai ratusan meter persegi. Pada masa Belanda dibangun rel kereta api dari stasiun sampai pelabuhan, bahkan di sebelah kanan dermaga dulunya ada rel sampai ujung dermaga. Setelah pelabuhan Panarukan mengalami kemunduran, rel tersebut dicabut, bahkan sampai ke stasiun. Di pelabuhan Panarukan juga dibangun beberapa galangan atau dok-dok terapung, yaitu tempat untuk memperbaiki kapal. Untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal merapat ke kade, yaitu suatu pelataran luas, lengkap dengan gudang, alat-alat derek, bahkan rel-rel untuk lori. Pelabuhan Panarukan mempunyai beberapa gudang, dibagi menjadi dua jenis. Pertama, gudang lini 1 terdiri dari (1) Gudang A ; 1.105 m², (2) Gudang B ; 867 m²², (3) Gudang C : 2.494 m², (4) Gudang D : 2.098 m², (5) Gudang E ; 2.400 m², (6) Gudang F ; 400 m², (7) Gudang G ; 600 m², (8) Gudang I ; 2.700 m², (9) Gudang K ; 2.000 m², (10) Gudang L ; 450 m², (11) Gudang M ; 410 m², (12) Gudang N ; 2.200 m², (13) Gudang O ; 6.000 m² (Anonim, 1981: 50). Di Panarukan telah dibangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) pada tahun 1808 oleh Gebernur Jenderal Herman Willem Daendels Jalan Raya Pos yang berawal dari Anyer dan berakhir di Panarukan. Pada awalnya dibuat dengan tujuan untuk memperlancar usaha militer Belanda dalam peperangan menaklukkan daerah Blambangan (Banyuwangi). Pada perkembangan selanjutnya jalan yang memanjang dari arah barat ke timur di pesisir utara sangat bermanfaat bagi kelancaran lalu lintas pos, ekonomi, dan transportasi. Selain keberadaan jaringan jalan, keberadaan jalur kereta api di Panarukan turut memperlancar distribusi barang. Stasiun Kereta Api di Panarukan dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1890-an. Bangunan ini pada saat sekarang masih utuh, tetapi pada tahun 2003 sudah tidak difungsikan lagi. Struktur bangunan Stasiun Kereta Api Panarukan terdiri atas tiga bagian pertama adalah tempat administrasi, bagian kedua merupakan ruang tunggu penumpang, sedangkan bagian ketiga merupakan tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Jalur kereta api ini merupakan alat transportasi penting bagi pelabuhan Panarukan untuk mengangkut tembakau dari Jember dan Bondowoso ke pelabuhan di Panarukan. Pada masa pendudukan Kolonial Belanda, di wilayah Kabupaten Panarukan terdapat 12 buah pabrik gula, yaitu P. G De Maas, Assembagoes, Pandjie, Olean, Boedoean, Soekowidi, Prajekan, Tangarang, Bedadoeng, Semboro, dan Goenoeng Sarie. Pada saat ini, di wilayah Kabupaten Situbondo hanya terdapat enam pabrik gula, yaitu Pabrik Gula (P. G) De Maas, Assembagoes, Pandjie, Olean, Boedoean,.dan Wringin Anom, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Situbondo. Dari keenam pabrik gula tersebut empat pabrik gula masih terlihat wujudnya dan masih berproduksi hingga saat ini pabrik gula (P. G) Assembagus, Olean, Pandjie, Wringin Anom, satu pabrik gula masih berdiri tetapi tidak berproduksi lagi adalah P. G Demaas, dan satu pabrik gula yang lain adalah P. G Boedoean sudah tidak tampak lagi keberadaannya. Keseluruhan pabrik-pabrik tersebut merupakan produsen gula terbesar di Jawa Timur. Di Panarukan terdapat Benteng VOC yang berada di wilayah Dusun Kilensari Timur, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan. Tinggalan arkeologis yang berupa bekas benteng ini berada di tepi barat Sungai Sampeyan, sekitar 500 m dari muara Sungai Sampeyan sehingga letaknya sangat strategis karena langsung berhadapan dengan laut Jawa. Selain itu benteng VOC ini juga melindungi pelabuhan Panarukan dari wilayah timur, yaitu dari wilayah sungai Sampeyan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi benteng ini kurang lebih 8,5 Km ke arah barat. Untuk menuju lokasi benteng hanya bisa dijangkau dengan kendaraan sepeda motor. Saat ini lingkungan benteng berada di areal pemakaman penduduk dan lahan pertanian masyarakat.
Di Panarukan terdapat Tugu Portugis yang terletak di Kota Beddha, Desa Pelean, Kecamatan Panarukan diperkirakan peninggalan abad XVI yakni tatkala Potugis melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Nusantara. Tugu Portugis terletak di sebelah timur Sungai Sampeyan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi tugu ± 8 km ke arah barat. Lingkungan sekitar tugu ini sekarang berupa areal persawahan yang terletak di tepi desa. Menurut masyarakat di sekitar Tugu Portugis ini banyak ditemukan bekas kerang-kerang besar yang menunjukan di sekitar tugu ini dulunya merupakan laut yang mengalami proses sedimentasi demikian cepat karena terjadi pendangkalan di Sungai Sampeyan. Oleh karenanya bisa jadi tinggalan Tugu Portugis ini hanya merupakan sebagaian kecil (paling atas dari bangunan). Melihat bangunannya, tugu ini berfusngi sebagai menara petunjuk bagi pelaut-pelaut, bahwa di tempat ini sebagai tempat pelabuhan. Beberapa peninggalan arkeologis yang ada sekarang ini, menunjukkan bahwa Panarukan merupakan pelabuhan yang strategis dan kuat. Adanya berbagai fasilitas pendukung menunjukkan bahwa pelabuhan Panarukan sangat berkembang sebagai pelabuhan dagang, dengan adanya surplus dari wilayah belakang yang mendukung pelabuhan Panarukan berkembang. Dengan adanya fasilitas pendukung mengakibatkan pelabuhan Panarukan pada abad XIX dapat berfungsi maksimal, yaitu sebagai pelabuhan perdagangan dan ekspor. Selain itu keletakan pelabuhan yang tepat di tepi jalur pelayaran perdagangan melalui Laut Jawa dan Selat Madura yang dilalui pedagang-pedagang yang menuju ke Maluku sangat mendukung perkembangan pelabuhan untuk menjadi pelabuhan internasional. Pelabuhan Panarukan letaknya sangat strategis, yaitu pertama terletak di teluk yang merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung suatu pelayaran. Kedua pelabuhan Panarukan terletak di jalur pelayaran dari barat menuju ke Maluku di bagian timur dan sebaliknya dari timur ke barat. Ketiga, adanya persediaan air bersih yang dibutuhkan kapal-kapal untuk perbekalan air minum dalam pelayaran jarak jauh. Keempat, wilayah belakang. Panarukan penghasil gula, kopi, tembakau, beras, dan terbentang hutan jati yang kayunya berkualitas baik sebagai komoditi perdagangan dan bahan pembutan kapal. Pelabuhan Panarukan erat hubungannya dengan aktivitas serta perkembangan PT. Djakarta Lloyd sub. Cab Panarukan dahulu Panaroekan Maatscappij yang didirikan pada tahun 1886. Maka sejak tahun pendirian tersebut pelabuhan Panarukan sudah dikenal pasaran dunia atau Eropa melalui ekspor komoditi gula, kopi, tembakau, karet, dan jagung. Untuk menunjang berlangsungnya kegiatan perdagangan maka di pelabuhan dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung. Pemerintah kolonial mempersiapkan sarana dan prasarana pelabuhan antara lain dibangunnya dermaga, alat Derek (alat pengangkut), lori, gudang-gudang pemerintah dan milik swasta, serta gudang-gudang garam. Pemerintah juga menyediakan berbagai kebutuhan kapal, akomodasi, air bersih, tempat penumpukan untuk barang-barang impor-ekspor, parkiran, menyambung rel kereta api, dan menyediakan gerbong-gerbong, menyambung pipa air, bahan bakar, kabel-kebel listrik, menyediakan tongkang-tongkang, galangan kapal, tempat timbangan umum, penginapan, rumah sakit, dan lain-lain. Untuk mendukung kelancaran administrasi pelabuhan, pemerintah membangun kantor bernama Djakarta Lyiod. Dari persiapan tersebut tampak bahwa Panarukan berfungsi sebagai pelabuhan tempat menyalurkan barang-barang ke berbagai. Di pelabuhan Panarukan terdapat lori yang menghubungkan stasiun kereta api sampai dermaga, kira-kira sepanjang ± 1 Km. Untuk angkutan tembakau dan kopi dari Jember dan Bondowoso lebih murah dan cepat dengan jasa kereta api sampai Panarukan. Sejak awal abad XIX pihak pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi the system of onterprice (sistem pembangunan perusahaan atau Industri) sebagai pengganti the cultivation system (sistem pengolahan bahan). Dampak kebijakan politik ekonomi itu menyebabkan banyak berdirinya perusahaan perkebunan. Salah satu daerah yang berkembang sebagai akibat kebijakan itu ialah daerah Bondowoso dan Jember. Kedua daerah ini terletak di bagian pedalaman yang cocok untuk penanaman komoditi ekspor. Namun pada waktu itu permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan ialah sulitnya mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri, karena kedua derah tersebut jauh dari pelabuhan. Untuk mengatasi masalah tersebut George Bernie, pemilik NV LMOD (landbouw Matscapay Out Djember) yakni salah seorang penguasa perkebunan terbesar di daerah ini berinisiatif untuk membangun pelabuhan di Panarukan dan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan. Gagasan untuk membangun pelabuhan Panarukan terealisasi pada tahun 1897 dan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan yang berjarak 98 km dibuka pada tanggal 1 Oktober 1987. Untuk itu Bernie bekerjasama dengan Stoomvaart Matscapien Nederlandsch dengan mendirikan Matscapay panaroekan. Sejak berdirinya perusahaan pelabuhan ini semua hasil perkebunan yang berasal dari Bondowoso, Jember, Banyuwangi, dan Panarukan sendiri ditimbun di gudang-gudang di sekitar pelabuhan kemudian diangkut dari pelabuhan Panarukan ke luar negeri terutama ke Bremen (Jerman) dan Rooterdam (Belanda). Penduduk kota Panarukan dan sekitarnya bersifat heterogen. Permukiman suku-suku bangsa Nusantara maupun bangsa lain tumbuh dan telah berkembang sejak zaman dulu. Pada saat sekarang yang ada hanya perkampungan Cina, yang berada di tanjung Pecinan. Namun demikian dalam komposisi nampak sekali bahwa penduduk pribumi yang terdiri dari orang Jawa dan Madura tetap merupakan mayoritas.